Minggu, 18 Februari 2018

Sahabat Setia Casio MyStyle

Promo Code
CASIOBLOGIJ1167AA

Anda seorang karier man/woman atau bussines man/woman atau lainnya yang hari-harinya dijejali dengan angka-angka. Pasti butuh fasilitas kerja yang bisa membantu aktifitas berhitung atau saat lembur Anda. Apa mesti menggunakan aplikasi excel selamanya, padahal saat Anda butuh berhitung cepat, Anda lupa membawa laptop atau handphone, masa harus corat-coret di kertas, bukannya malas berfikir tapi ini masalahnya nominal di pekerjaan yang butuh kejelian, ketepatan dan pastinya juga kecepatan dalam penghitungan. So bukan ulangan di bangku sekolah ya gaes. Atau Anda seorang siswa/siswi , mahasiswa/mahasiswi yang tentunya diperbolehkan menggunakan kalkulator pada saat bahan materi tertentu (Matematika, Statistik, Fisika, Kimia, dsb.). Fasilitas yang dijamin keakuratannya, tidak mudah hang, model, dan warnanya yang keren abis Anda perlukan untuk membantu melancarkan pekerjaan Anda. Casio bisa Anda pilih sebagai solusinya. Casio MyStyle, dan Colourful Calculator. Anda pasti suka dengan aneka model dan pilihan warnanya yang kekinian. Menjadikan hari-hari Anda lebih optimis dan percaya diri. Percayakan hari-harimu dengan Casio mulai sekarang. Casio MyStyle and Colourful Calculator mychoice number one.
#Casio MyStyle. Info lebih lanjut bisa Anda lihat di link di bawah ini ya.
http://www.casio-intl.com/asia/en/calc/mystyle/ 

http://www.sahabatutama.com/news 

https://www.facebook.com/casiocalculatorindo/

 http://www.knowyourcolor.id

Ingat Casio satu-satunya pilihan yang dipercaya bisa membantu hari-harimu juga karier, study dan bisnis Anda. Percayakan hari-hari Anda dengan CASIO. Casio my first choice. Bagaimana dengan Anda?




Sabtu, 17 Februari 2018

Tulisanku

Oh...Ternyata, Kugemakan Rinduku di Gerhana Kali ini,dsb. Buka di www.plukme.com. Kamu juga bisa ikutan nimbrung ngramein lho...

Kamis, 15 Februari 2018

Pertemuan Dua Kubu

TEMA : Seribu Kisah Blogger Syar’i yang tetap Cool

Pertemuan Dua Kubu

“ Masihkah kau menginginkannya?” Sabrin menanyakan hal itu kepada Nani saudara sepupunya.
“Kenapa tidak? Kemarin aku sudah mati-matian belajar masa harus berhenti sampai di sini Mbak...”Nani menunjukkan jawaban yang penuh dengan rasa optimis. Sambil membenahi  bagian – bagian bukunya yang sudah kumal karena sering dipakainya untuk belajar, satu per satu disesuaikan dengan halamannya kemudian diberikan lem di sela-sela agar tampak apik kembali. Sabrin yang sedari  tadi mengamati  tingkah Nani lalu mendekati sepupunya. “Selayaknya memang begitu pantang menyerah sebelum mencoba, bukan begitu?” ada nada memancing pertanda keinginan untuk mengetahui seberapa besar minat sepupunya itu. “Besok pagi-pagi kau meski berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan mimpimu Nan, aku hanya bisa mendoakan semoga langkahmu kali ini berhasil, setelah kemarin-kemarin kau gagal melaluinya, sudah kau benahi pakaianmu yang kau bawa besok ditambah lagi piranti-piranti yang kau akan kau bawa?” Sesekali Sabrin membenahi kerudungnya yang menutupi hampir setengah badannya itu. Ada sebuah ketenangan yang dirasakan ketika mengenakan hijab bukan saja anjuran dari suaminya namun juga panggilan hati yang lebih memengaruhi dirinya untuk mengenakan hijab itu.

Pagi-pagi sekali Nani sudah berkemas untuk berangkat, Sabrin turut membantu menyediakan sarapan pagi meski hanya roti tawar yang dibalut dengan selai nanas kesukaan Nani, baru dibelinya tadi malam. Disahutnya roti tawar itu untuk cepat – cepat dimasukkan dalam mulutnya. Dalam sekejap roti di mulutnya sudah habis. “Nan, nanti kalau sudah sampai di tempat temanmu jangan lupa telepon aku ya” pesan Sabrin kepada Nani. “ OK” Setelah pamit, Nani keluar rumah taxi pesanannya tadi pagi sudah menunggu di depan. Keduanya berpelukan ada sebuah rasa trenyuh di hati Sabrin, walaupun mereka bukan saudara kandung tapi tetap ada ikatan darah yang mengalir di tubuh mereka. Hal serupa juga dirasa oleh Nani.

Kereta sudah berangkat meninggalkan stasiun, ini adalah pengalaman kedua Nani untuk melanjutkan hal yang sama seperti di tahun kemarin. Ada sebuah rasa khawatir di hati Nani, namun semua itu terkalahkan oleh semangatnya yang menggebu. Di depannya duduk seorang wanita yang cukup manis, sepertinya seumuran dengannya kalau dilihat dari raut wajahnya. Wanita itu tersenyum seperti hendak mengenalkan dirinya untuk bisa mengenal lebih dekat. “Mbak hendak ke mana?” sontak Nani merasa kaget ternyata wanita itu memang ingin berkenalan dengannya dibuktikan dengan inginnya mengajukan pertanyaan kepadanya. “ Hendak ke stasiun Gambir?”
“hmm, mbak ini lucu ya, kalau begitu saya sudah tahu mbak, maksud saya tempat tujuannya” sambil melihat dengan seksama ke arah Nani. Rupanya wanita ini kepo juga, dalam sisi  hati Nani berbicara. “Mau ke Otista” jawabnya ringkas, ingin menerka apalagi pertanyaan yang diucapkan oleh wanita itu. “Wow, kok sama ya” wanita itu heran. “Itu kebetulan Mbak” ucap Nani. “Otistanya mana?” ternyata benar wanita ini ingin mengetahui lebih jauh. “ Kost  Khumairo” jawabnya lirih. Wanita itu mengamati Nani dengan ekspresi serius. “Kost Khumairo?” seperti tidak percaya, dia ulangi jawaban itu menjadi sebuah pertanyaan. “Betul...kenapa heran?”. “Jangan-jangan Anda temannya Mbak Diah ya?” “Kok tahu?” mereka berdua saling bertanya karena bahan pembicaraannya sinkron. “ Mbak Diah itu orangnya ...” sambil mengacungkan jempol, Nani menjadi paham dengan gesture wanita itu. Memang benar Mbak Diah orang yang baik bahkan paling baik mungkin. Bagaimana tidak di tahun kemarin saja Mbak Diah yang direpotkan olehnya justru malah mengeluarkan tenaga dan uang untuk kepentingannya. Mana ada perempuan sebaik itu di Jakarta ini, apalagi posisinya saat itu masih berentitas mahasiswa. Maka bukan hal mashgul bila dirinya dikenal oleh banyak orang. Termasuk wanita yang ada dihadapannya kali ini, entah apa kaitan wanita yang saat ini dihadapannya dengan mbak Diah, dalam hatinya ingin menanyakan, siapa tahu wanita itu bersedia menceritakan dirinya sendiri maksudnya hubungannya dengan mbak Diah itu. Ternyata tidak, apa yag sudah dipikirnya salah ternyata wanita ini juga bisa jaim. Sepertinya harus dirinya yang mesti bertanya balik. “Memangnya hubunganmu dengan mbak Diah apa?” agak malu-malu Nani mengajukan pertanyaan. Bukannya langsung dijawab, wanita itu justru tersenyum-senyum sendiri. Membuat Nani menjadi penasaran. Nani masih menunggu jawabannya, agak lama juga menunggu. “Mbak Diah itu kakakku, saya ke sana untuk menjenguknya. Sekalian juga ingin mencari kerja di sana.” “Apa, kakak kandungmu” “ Betul, kenapa tidak percaya?” wanita itu mengeluarkan telepon genggamnya, mencari di galeri foto yang ada bersama dengan kakaknya itu. Ternyata benar banyak sekali foto-foto mbak Diah yang dilihat Nani di handphone wanita itu. Mungkin Tuhan telah menolongnya kali ini. Sudah mempertemukan dengan adik kandung mbak Diah. Adalah hal yang bisa dibilang langka dan harus disyukuri.

“Siapa namamu? Aku jadi merasa tidak enak dari tadi kita bertanya jawab tapi belum mengenali satu sama lainnya” Nani mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan dengan wanita itu, wanita itupun menyambut dengan ramah sekali. “ Kamila...” “Wow, itu nama yang cantik secantik orangnya, bukan begitu?” pujian pertama diberikan teruntuk Kamila entah apa pujian berikutnya yang akan berlanjut. “Nani, aku kenal kakakmu sudah setahun yang lalu, awalnya aku hendak melamar di Sekolah Ikatan Dinas, sudah tiga yang aku coba. Dan Beginilah aku harus mengulangi kali kedua di tahun ini”Nani menjelaskan, “O.. begitu ceritanya, kalau aku ke Jakarta selain untuk menjenguk juga ingin mencari pekerjaan sepertinya kita seperjuangan sama-sama punya tujuan” balas Kamila. “Katakanlah kita 2 kubu yang sudah dipertemukan, hanya saja kita perorangan hi...hi...” Nani tertawa dengan terbahak seolah lupa bahwa masih ada tanggung jawab yang dengan berkaitan dirinya sendiri dan menentukan nasibnya. Tak apalah yang penting tidak berlebihan paling tidak bisa menghilangkan keseriusan sebelumnya.

Kereta sampai di stasiun, keduanya saling jalan berjajar karena tujuan yang sama. Mereka meninggalkan stasiun dan berlalu bersama taxi yang baru saja lewat.


 “Kejutan apa ini? kalian bisa-bisanya datang berdua..” Suara itu tak lain Mbak Diah merasa terheran-heran atas apa yang terjadi di hadapannya kali ini. “Ini kenyataan khan bukan khayalan, kakak I Miss you” Kamila yang berparas manis dengan wajah sumringah dan kata-kata manisnya mampu membuat benteng pertahanan kakaknya luluh, terbukti dengan air mata yang tiba-tiba keluar dari kedua bola matanya. Kedua kakak beradik itu saling berpelukan melepas kerinduan. Nani hanya bisa menatap trenyuh. “ kalian sudak lama tiada bertemu ya?”keluar juga pertanyaan dari Nani. “Ayo masuk... tamuku  kubiarkan kali ini”sadar bahwa ada Nani di tempat itu. Ketiganya berbincang asyik dengan bahasanya masing-masing.

Keterangan gambar diambil dari:
Taxi- living in Indonesia
Otista- Megapolitan-Kompas.com
Kereta-detik News

Selasa, 13 Februari 2018

Kata-kata bijaj

Aku takut Tuhan tidak menghampiriku lagi karena ulah-ulahku yang keterlaluan.

Menjalani hidup realita lebih indah dari pada khayalan yang membumbung ringgi namun sulit menghampiri.

Menanti itu melelahkan, namun bagaimana aku bisa tidak menanti sedang berjuta-juta harapan ada di sana.