Kamis, 20 Desember 2018

Berkah Kampungku di Era Revolusi Industri 4.0

“Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman...” sebagian lirik lagu Koes Plus yang akrab di telinga kita. Lagu yang menggambarkan realita kehidupan di negeri kita... Indonesia. Benarlah kiranya negeri ini amatlah kaya dengan SDA yang melimpah ruah. SDA yang mumpuni tanpa SDM yang berpengetahuan dan terampil mustahil mampu menghasilkan karya yang bermanfaat dan bernilai seni. Seiring kebutuhan hidup manusia yang meningkat dari waktu ke waktu menuntut pemenuhan kebutuhan tersebut. Kebutuhan untuk terus sehat, pendidikan dan sebagainya yang membutuhkan biaya membuat manusianya menjadi memutar otak dan harus kreatif bahkan inovatif untuk merealisasikan sebuah harapan berjuang melanjutkan hidup manusia yang dibekali dengan akal pikiran. Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan sebuah kerja keras dan mimpi seorang Bapak yang berada di Kabupaten Blora, tepatnya di Kecamatan Blora Kelurahan Tegalgunung Jl. Ahmad Yani 62A/II RT 05 RW 02. Beliau sudah berpuluh-puluh tahun menekuni bidang pahat dan ukir. Namanya adalah Bapak Guritno, berawal dari hobi otodidak, Bapak satu anak ini sudah menghasilkan karya pahat dan ukir yang tidak sedikit. Terlebih sewaktu sepuluh tahun yang lalu Bapak Guritno bekerja dalam sebuah perusahaan pengekspor karya seni pahat yang membuat kemampuannya semakin terasah. Namun sayang karena perusahaan tempat dirinya bekerja mengalami pailit sehingga banyak karyawannya yang secara sadar diri mengundurkan diri termasuk Pak Guritno ini. Keadaan tersebut membuatnya tidak patah arang. “Rezeki ada yang mengatur, selama manusia mau berusaha” ucap Pak Gurit sewaktu ditanyai rekan-rekannya. Berikut ini adalah potret Pak Gurit sewaktu menatah benggol di halaman rumahnya. Biasanya akvitas memahat dilakukan ketika ada pihak yang memesan, kalaupun tidak di waktu sengganglah kegiatan memahat dilakukan. Tidak hanya memahat benggol, mengukir kayu juga menjadi salah satu lahan mata pencahariannya. Rencananya dengan memanfaatkan ruang maya yang sudah menjadi tren masa kini, usaha ini akan ditawarkan dan lebih digalakkan ke awak konsumen dari tahun-tahun sebelumnya. Sewaktu ditanya apa mimpi Bapak dalam hidup ini? Bapak ini menjawab “Bisa pergi haji...syukur syukur dengan ibu saya”. Sebuah cita-cita yang mulia semoga bisa terwujud bersama keluarga suatu hari nanti ya Pak. Amin.
Begitulah sekelumit kisah nyata yang saya ambil kali ini. Adalah sebuah pilihan yang cerdas dengan melibatkan dunia digital untuk kepentingan positif di masa sekarang. Semua menafsirkan dan setuju dengan anggapan bahwa memanfaatkan fasilitas melalui intenet (facebook, instagram, twitter, WhatsApp, blogger, dll) sebagai media yang termurah dan tercepat untuk masuk ke ranah masyarakat berbagai status dari Sabang hingga Merauke bahkan sampai ke berbagai penjuru dunia sekalipun. Hanya dengan hitungan detik kita mampu untuk mendapatkann dan membagikan informasi hingga kita menyebutnya sebagai dunia tanpa batas. Anggapan bahwa tenaga manusia di era revolusi industri 4.0 akan tergeser dengan mesin, Artifisial Intelegent (AI) maupun robot tidak selamanya benar. Terbukti dari satu kisah di atas dan tentunya masih banyak contoh pekerjaan lain yang melibatkan skill. Bukankah lebih bijak kalau kita menyebutnya dengan istilah era revolusi industri 4.0 yang mana mesin akan mendominasi dari tenaga manusia, atau kolaborasi mesin dan manusia akan menciptakan iklim yang kondusif dan mempersempit ruang kesalahan sebuah sistem hingga ke zero defect (kesalahan nol). Mari kita merenung bukankah yang menciptakan mesin, robot adalah hasil olah fikir dan tenaga manusia itu sendiri??? Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin. #SemangatKampungIndonesia #KitaSATUIndonesia