Selasa, 12 Juni 2018

Persatuan Menuju Keutuhan NKRI

Tema : Bersatu dalam Menjaga NKRI

“Manisnya Negeriku” by Pujiono, tentang keragaman dan kewajiban menjaga negeri Indonesia
Adalah salah satu musik bagus yang membuat kita menjadi nasionalis, cinta dengan tanah air.



NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah Negara yang terdiri dari banyak pulau, di mana antar-pulau dipisahkan oleh wilayah perairan/ Laut. Sungguh bila dibayangkan tentu tidaklah  mudah untuk menjaga ketenteraman dan persatuan di negeri ini. Apalagi negeri ini mempunyai banyak budaya, bahasa dan sebagainya. Untung saja kita memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua) karya Empu Tantular, yang seakan sudah berurat akar di benak dan pikiran kita. Bila kali kedua kita menengok ke belakang, masih ingatkah Anda dengan Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Patih Gajah Mada yang berarti ia tidak akan memakan palapa yaitu garam atau rempah-rempah, sebelum ia behasil mempersatukan kepulauan Nusantara. Bila di masa dulu saja sudah berpikir mengenai persatuan, semestinya di masa kini kita lebih mengindahkannya dan membudayakannya. Karena kita hidup di era modern, yang sudah mengalami perkembangan kontemporer. Ditandai dengan munculnya gawai dan melibatkan teknologi cyberspace (teknologi internet), sehingga memudahkan kita bisa menjalin komunikasi yang membahas berbagai kepentingan, menjadikan semua pekerjaan lebih efisien, praktis dan murah, komunikasi yang dalam waktu sekejap bisa dilakukan tanpa memandang seberapa jauhnya jarak. Komunikasi yang baik tentu bisa menunjang terwujudnya rasa pesatuan dan kesatuan. Bukan malah sebaliknya menggunakan gawai di media sosial untuk menularkan ujaran-ujaran kebencian yang isinya cenderung memojokkan satu pihak atau menganggap pihaknya sendiri yang lebih atau paling baik.

NKRI akan selamanya bertahan dan berjaya bila warga negaranya senantiasa menyukai pendidikan. Pendidikan bukan hanya formal melainkan juga informal. Istilah kerennya adalah Long Live Education ( pendidikan seumur hidup ). Lantas apa kaitanya pendidikan, karya, persatuan dan tetap terjaganya NKRI???

Untuk menjadi seorang pembelajar atau aktivitas apapun sangatlah dibutuhkan suasana yang tenang, aman dan gembira. Atau lebih umumnya bila persatuan terjaga, suasana akan aman dan tenteram, bila suasana demikian tentu akan nyaman untuk belajar dan beraktivitas apapun itu bentuknya.  Sebaliknya bila dimana-mana terjadi huru-hara, kerusuhan, sebaran kebencian, kemarahan dan lain sebagainya hal yang serupa, bagaimana kita akan merasa nyaman apalagi belajar, beraktivitas dan berkarya?



Kita adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, memerlukan orang lain sehingga mengharuskan kita untuk berhubungan dengan orang lain, baik melalui sebuah komunitas, antar komunitas ataupun yang sifatnya interpersonal. Semuanya adalah bentuk dari hubungan sosial itu sendiri. Hubungan sosial yang baik bisa didapat melalui komunikasi yang baik dan etis serta penuh rasa toleransi. Hubungan sosial yang bukan bersifat manipulatif atau manis di luar saja melainkan hubungan yang benar-benar berlandaskan rasa asah, asih dan asuh karena adanya kesamaan bahwa kita adalah sama-sama berstatus WNI dan sama –sama makhluk Tuhan YME, keturunan nabi Adam dan Siti Hawa yang sama-sama hidup di wilayah NKRI. Hal-hal yang sifatnya asasi dan tidak perlu untuk diperdebatkan semestinya kita hindari untuk memperdebatkannya, karena semua itu akan berujung pada pembenaran masing-masing pribadi/kelompok.
Marilah kita menganggap bahwa persatuan sebagai kebutuhan integratif sosial yang dapat mempererat hubungan dengan keluarga, teman, sahabat dan sebagainya. Akan lebih mudah menerima hal yang serupa/mirip/ istilah dalam komunikasi adalah Homophily (individu yang saling berinteraksi mempunyai kemiripan dalam sifat-sifat tertentu, seperti keyakinan, nilai-nilai, pendidikan, atau status sosial) dibandingkan dengan Heterophily (individu yang saling berinteraksi memiliki perbedaan dalam sifat tertentu). Keberagaman memerlukan toleransi demi tegaknya persatuan dan kesatuan   serta cerdas dalam menyikapi hoax (berita bohong/fitnah) dengan banyak membaca buku maupun literatur lainnya. Semoga kita bisa senantiasa menerapkannya. Amin.


Daftar Pustaka:

Suroso. 2012. Smart Brain: Metode Menghafal Cepat dan Meningkatkan Ketajaman Memori. Surabaya: SIC.

Liestianingsih Dwi Dayanti, dkk. 2013. Hubungan Masyarakat. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. 

Image : tangerangsatu.co.id

Image : teraju.id 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar