Tema : Bersatu dalam
Menjaga NKRI
“Manisnya Negeriku” by
Pujiono, tentang keragaman dan kewajiban menjaga negeri Indonesia
Adalah salah satu musik bagus yang membuat kita menjadi nasionalis, cinta dengan tanah air.
NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) adalah Negara yang terdiri dari banyak pulau, di mana antar-pulau
dipisahkan oleh wilayah perairan/ Laut. Sungguh bila dibayangkan tentu tidaklah
mudah untuk menjaga ketenteraman dan persatuan
di negeri ini. Apalagi negeri ini mempunyai banyak budaya, bahasa dan
sebagainya. Untung saja kita memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua) karya Empu
Tantular, yang seakan sudah berurat akar di benak dan pikiran
kita. Bila kali kedua kita menengok ke belakang, masih ingatkah Anda dengan
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Patih Gajah Mada yang berarti ia tidak akan
memakan palapa yaitu garam atau rempah-rempah, sebelum ia behasil mempersatukan
kepulauan Nusantara. Bila di masa dulu saja sudah berpikir mengenai persatuan, semestinya
di masa kini kita lebih mengindahkannya dan membudayakannya. Karena kita hidup
di era modern, yang sudah mengalami perkembangan kontemporer. Ditandai dengan
munculnya gawai dan melibatkan teknologi cyberspace
(teknologi internet), sehingga memudahkan kita bisa menjalin komunikasi yang
membahas berbagai kepentingan, menjadikan semua pekerjaan lebih efisien, praktis
dan murah, komunikasi yang dalam waktu sekejap bisa dilakukan tanpa memandang
seberapa jauhnya jarak. Komunikasi yang baik tentu bisa menunjang terwujudnya rasa
pesatuan dan kesatuan. Bukan malah sebaliknya menggunakan gawai di media sosial
untuk menularkan ujaran-ujaran kebencian yang isinya cenderung memojokkan satu
pihak atau menganggap pihaknya sendiri yang lebih atau paling baik.
NKRI akan selamanya bertahan
dan berjaya bila warga negaranya senantiasa menyukai pendidikan. Pendidikan
bukan hanya formal melainkan juga informal. Istilah kerennya adalah Long Live Education ( pendidikan seumur
hidup ). Lantas apa kaitanya pendidikan, karya, persatuan dan tetap terjaganya NKRI???
Untuk menjadi seorang
pembelajar atau aktivitas apapun sangatlah dibutuhkan suasana yang tenang, aman
dan gembira. Atau lebih umumnya bila persatuan terjaga, suasana akan aman dan
tenteram, bila suasana demikian tentu akan nyaman untuk belajar dan beraktivitas
apapun itu bentuknya. Sebaliknya bila
dimana-mana terjadi huru-hara, kerusuhan, sebaran kebencian, kemarahan dan lain
sebagainya hal yang serupa, bagaimana kita akan merasa nyaman apalagi belajar, beraktivitas
dan berkarya?
Kita adalah makhluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri, memerlukan orang lain sehingga mengharuskan
kita untuk berhubungan dengan orang lain, baik melalui sebuah komunitas, antar
komunitas ataupun yang sifatnya interpersonal. Semuanya adalah bentuk dari
hubungan sosial itu sendiri. Hubungan sosial yang baik bisa didapat melalui
komunikasi yang baik dan etis serta penuh rasa toleransi. Hubungan sosial yang bukan bersifat manipulatif atau manis
di luar saja melainkan hubungan yang benar-benar berlandaskan rasa asah, asih
dan asuh karena adanya kesamaan bahwa kita adalah sama-sama berstatus WNI dan
sama –sama makhluk Tuhan YME, keturunan nabi Adam dan Siti Hawa yang sama-sama
hidup di wilayah NKRI. Hal-hal yang sifatnya asasi dan tidak perlu untuk diperdebatkan
semestinya kita hindari untuk memperdebatkannya, karena semua itu akan berujung
pada pembenaran masing-masing pribadi/kelompok.
Marilah kita menganggap
bahwa persatuan sebagai kebutuhan integratif sosial yang dapat mempererat
hubungan dengan keluarga, teman, sahabat dan sebagainya. Akan lebih mudah menerima
hal yang serupa/mirip/ istilah dalam komunikasi adalah Homophily (individu yang saling berinteraksi mempunyai kemiripan dalam
sifat-sifat tertentu, seperti keyakinan, nilai-nilai, pendidikan, atau status sosial)
dibandingkan dengan Heterophily (individu
yang saling berinteraksi memiliki perbedaan dalam sifat tertentu). Keberagaman memerlukan toleransi demi tegaknya persatuan dan kesatuan serta cerdas dalam menyikapi hoax (berita bohong/fitnah) dengan banyak membaca buku maupun literatur lainnya. Semoga kita bisa senantiasa menerapkannya.
Amin.
Daftar Pustaka:
Suroso. 2012. Smart Brain: Metode Menghafal Cepat dan
Meningkatkan Ketajaman Memori. Surabaya: SIC.
Liestianingsih Dwi Dayanti,
dkk. 2013. Hubungan Masyarakat. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Image : tangerangsatu.co.id
Image : teraju.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar